Bila berbicara transportasi, maka bagian terpentingnya adalah prasarana transportasi…, baik itu darat, laut, udara, dan tentu saja keretaapi. Selain berfungsi mengatur lalulintas untuk menghindari kecelakaan juga berfungsi untuk memperlancar perjalanan. Sayangnya, kehandalan prasarana transportasi di negara ini masih sering mengalami masalah yang cukup mengganggu kelancaran transportasi.

Untuk transportasi darat misalnya, selain jalan masih banyak berlubang, lampu lalulintas yang rusak, bahkan beberapa rambu-rambu lalulintas pun sudah tidak jelas kondisinya baik warna, posisi, bahkan sampai kondisinya (penyok, karatan, dsb). Bahkan transportasi udara, seperti radar di bandara Soekarno Hatta Cengkareng sudah beberapa kali mengalami masalah. Belum lagi bandara-bandara kecil yang belum tersentuh modernisasi karena alat navigasi yang seadanya. Untuk transportasi laut, memang banyak kasus kecelakaan terkait dengan kondisi kapal laut. Entah dengan prasarananya, namun sepertinya masih membutuhkan peningkatan untuk masalah suar atau teknologi pelabuhan.

Sedangkan untuk prasarana transportasi keretaapi, hemm…, ini mungkin paling parah dibandingkan transportasi lain. Selain masih banyak yang mengandalkan peninggalan jaman Belanda, transportasi ini bisa dikatakan menjadi anak tiri yang tidak diperhatikan. Bagi pengguna kereta Jabotabek (atau KRL), sudah bisa dikatakan dapat menjadi bagian dari kehidupan bila merasakan gangguan sinyal, rel patah, wesel rusak, atau mati listrik. Kondisi di daerah lain pun tidak jauh berbeda, namun karena frekuensi perjalanan tidak sesering di Jabotabek, efeknya tidak terlalu terasa.

Untuk peningkatan prasarana transportasi maka pemerintah perlu mengucurkan subsidi atau dikenal dengan sebutan PSO (Public Service Obligation). Sayangnya, subsidi terbesar selalu diberikan ke transportasi darat untuk pembangunan jalan raya dan jalan tol yang tetap saja tidak bisa mengurai kemacetan. Semakin banyak jalan, maka akan semakin banyak kendaraan yang lewat dan tentunya akan tetap menyebabkan kemacetan.  Seharusnya untuk hal ini, pemerintah mulai mencari alternatif dengan memperbaiki mass rapid transport, dimana salah satu pilihannya adalah keretaapi. Untuk wilayah Jabotabek, KRL adalah pilhan yang tepat. Namun, peningkatan prasarana keretaapi harus ditingkatkan sehingga perjalanan menjadi lebih lancar dan para pengguna kendaraan pribadi tertarik untuk pindah ke KRL sehingga dapat mengurangi volume kendaraan ke dalam kota Jakarta. Hal serupa juga harus dilakukan di daerah-daerah lain, semakin sedikit pengguna kendaraan pribadi maka beban negara untuk mensubsidi BBM makin berkurang sehingga dananya dapat digunakan untuk pembangunan bidang lain.

Demikian juga dengan transportasi laut dan udara, peningkatan prasarana di kedua bidang ini haruslah cepat untuk mengantisipasi pergerakan kemajuan dunia.  Transportasi udara dapat memacu peningkatan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dan bisnis ke Indonesia, sehingga negara dapat meningkatkan devisa. Peningkatan transportasi laut akan memicu proses ekspor dan impor, atau bahkan pemilihan lokasi transit kapal-kapal yang melakukan perjalanan membawa kargo dan muatan berat lainnya. Bila ada niatan tulus para pejabat untuk meningkatkan kehandalan prasarana transportasi di negara ini, maka negara ini akan lebih baik lagi. Seharusnya transportasi umum menjadi prioritas agar beban negara terhadap subsidi-subsidi tertentu dapat dikurangi.

Sayangnya, untuk merasakan prasarana transportasi yang cukup handal masih merupakan mimpi di negeri ini….